MENGENAL SEJARAH KESENIAN PENCAK SILAT BURUNG DADALI BANYUWANGI MANYAR GRESIK (1980-2022)

 MENGENAL SEJARAH KESENIAN BUDAYA PENCAK SILAT BURUNG DADALI BANYUWANGI MANYAR GRESIK (1980-2022)

Oleh 

Maulida Suci Lestari 


Pencak Silat Burung Dadali merupakan kesenian budaya yang berdiri sejak 1980-an di desa Banyuwangi. Desa Banyuwangi merupakan wilayah dataran rendah yaitu sekitar 3 meter dari permukaan air laut dengan suhu rata-rata 35-40ºC. Secara geografis Desa Banyuwangi dibatasi oleh wilayah desa-desa tetangga. Sebelah utara dibatasi oleh Desa Karangrejo Kecamatan Manyar, Sebelah timur dibatasi oleh Desa Manyarejo Kecamatan Manyar, Sebelah selatan dibatasi oleh Desa Leran Kecamatan Manyar, dan Sebelah barat dibatasi oleh Desa Betoyo Kauman Kecamatan Manyar. Desa Banyuwangi terdiri dari 2 bagian perdukuhan yaitu Dusun Banyutami dan Desa Banyuwangi. Wilayah Desa Banyuwangi terdiri dari 13 RT (RT 1-5 berada di Dusun Banyutami dan RT 6-13 berada di Desa Banyuwangi).

Jarak dari pusat pemerintahan ke Kecamatan 5 Km, Jarak dari pusat pemerintahan ke Kabupaten 10 Km, sedangkan Jarak dari pusat pemerintahan ke Provinsi 30 Km. Desa Banyuwangi memiliki luas wilayah 417, 3982 Ha dengan pembagian luas wilayah seperti berikut ini: Pemukiman= 5,5000 Ha, Tambak = 411,3982 Ha, Pemakaman = 417, 3982 Ha Desa Banyuwangi kira – kira mempunyai luas tanah 1.070,06 ha, diantaranya pembagian luas wilayah yang digunakan sebagai dunia perindustrian. Jumlah masyarakat penduduk Desa Banyuwangi terdiri atas 595 KK yakni (529 KK laki-laki, 66 KK perempuan) dengan total seluuhnya 2.218 jiwa, dengan rincian 1.056 laki – laki dan 1.049 perempuan  (Desa, 2021).

Desa Banyuwangi ini mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani tambak. Pada zaman dulu, Desa Banyuwangi bernama Den Alim. Kemudian diganti dengan nama Desa Banyuwangi sebab ada sebuah sumur atau jublangan yang airnya berbau harum. Akan tetapi sampai sekarang Desa Banyuwangi terkenal dengan sebutan nama “Pecuk”. Hal demikian dikarenakan warga tersebut yang berprofesi sebagai nelayan kerap sekali melihat di daerah pesisir sungai banyak burung pecuk ketika mencari ikan. Maka guna untuk mengenal tempat tersebut para nelayan menyebutnya dengan Pecuk sebagai tempat mencari ikan dan beristirahat.

Kesenian budaya Pencak Silat Burung Dadali ini, merupakan salah satu kesenian yang harus dilestarikan didesa Banyuwangi. Sebab hanya ada kesenian ini saja yang masih kokoh berdiri dari tahun 1970 sampai pandemi menyerang jagat raya ini. Awal mula pendirian seni bela diri ini menurut bapak Ajib selaku menantu sekaligus murid dari Alm. Bapak Kardi. Seni bela diri ini ada dan didirikan oleh Bapak H. Rusdi bersama sesepuh lainnya yakni Bapak Khamim, H. Aziz, Abdul Majid, Kardi.

Seni bela diri ini ada sebab sudah berkembangnya dari berbagai desa yang memiliki club bela diri sendiri. Oleh karena itu, Bapak H. Rusdi mendirikan Club seni bela diri ini dengan “PPSB” yang memiliki makna “Persatuan Pencak Silat Banyuwangi”. Setelah masa kepemimpinan Bapak H. Rusdi, beralih lah di asuh dan diteruskan oleh Bapak H. Aziz karena Bapak H. Rusdi meninggal dunia. Setelah itu dibawah masa Bapak H. Aziz, para sesepuh tidak mau diberikan amanah untuk melanjutkan perkembangan budaya ini. Oleh karena itu, Bapak H. Aziz bersama sesepuh seni bela diri melaksanakan rapat dirumahnya Ibu Lik Rawi. Kemudian beralih di teruskan oleh Bapak Subkhan selaku murid dari Bapak H. Rusdi, dengan nama “Pencak Silat Burung Dadali”. Makna Burung Dadali ini diciptakan oleh Bapak H. Aziz selaku penerus kedua pencak silat di Desa Banyuwangi. Hal ini seni bela diri di beri nama Burung Dadali, sebab Burung Dadali adalah burung yang kecil-kecil sedangkan saat itu anggota di seni bela diri tersebut masih sangatlah muda. Pemberian nama tersebut, bukan hanya sekedar pemberian nama akan tetapi hal itu di Istikharahi oleh para sesepuh khususnya Bapak H. Aziz, yang akhirnya nama tersebut diyakinkan menjadi nama Persatuan Pencak Silat Burung Dadali (Ajib, 2021).

Sedangkan menurut cerita dari Bapak Subkhan, saat dialihkan kepada bapak Subkhan kemudian diberinama “Pencak Silat Burung Dadali”, nama Burung Dadali ini ada sekitar 1970-an. Bapak Subkhan mempelajari gerakan pencak silat dari sesepuh dahulu yaitu bapak H. Rusdi, H. Nawawi, Khamim, Abdul Majid, H. Aziz, Kardi, kemudian mengambil pengajar luar yang bernama Ja’far untuk melatih pemuda-pemudi desa Banyuwangi. Kegiatan ini dilakukan dahulu nya di rumah bapak Kardi tapi kini di depan rumah bapak Subkhan yang biasa pada setiap bulan 2 kali pertemuan tergantung kondisi dan situasi para pemuda-pemudi. Bila ingin latihan maka berkumpul didepan rumah bapak Subkhan (Subhan, 2020).

Sumber Wawancara :

Muhammad Subhan, Wawancara, Gresik, 15 Desember 2020.

Ajib, Wawancara, Gresik, 21 Agustus 2021. 

Desa Banyuwangi,  "Profil Desa Pemerintah Desa Banyuwangi Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Retrieved from Profil Desa Pemerintah Desa Banyuwangi Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik" dalam https://banyuwangi-gresik.com/profil-desa/, diakses pada 14 November 2021. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL SEJARAH DESA BANYUWANGI KECAMATAN MANYAR KABUPATEN GRESIK

SEJARAH KESENIAN MUSIK AL-BANJARI "SYUBBANUL MUHAJIRIN" Banyuwangi Manyar Gresik (2008-2022)